A. Pengertian
- Sholat qoshor adalah meringkas shalat dari 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at.
- Sholat jama’ adalah mengerjakan 2 (dua) sholat fardlu dalam satu waktu. Jika dikerjakan pada waktu yang pertama disebut jama’ Taqdim dan jika dikerjakan pada watu sholat yang kedua disebut jama’ ta’khir.
B. Syarat sholat qashar ada 7 (Tujuh) :
1. Bepergian yang bukan karena tujuan maksiat.
2. Jarak perjalanan mencapai 16 (enam belas) farsakh (ada ulama’ yang mengatakan 88 Km, 80 Km, 64 Km, 94,5 Km, dan lain-lain).
3. Sholat yang dilakukan adalah sholat ada’ (sholat yang dilakukan pada waktunya) ataupun sholat qodlo’ (sholat yang dilakukan di luar waktunya) yang terjadi dalam perjalanan, bukan sholat yang ditingalkan di rumah.
4. Niat qoshor (meringkas sholat) dilakukan ketika takbirotul ikhrom
5. Tidak bermakmum kepada orang yang sholat sempurna (4 roka’at).
6. Dilakukan masih dalam perjalanan.
7. Bepergian dengan tujuan yang jelas.
C. Syarat jama’ taqdim ada 5 (Lima) :
1. Mendahulukan sholat yang pertama (dhuhur atau maghrib).
2. Berniat jama’ taqdim pada sholat yang pertama (dhuhur atau maghrib).
3. Muwalah/ terus menerus (antara sholat yang pertama dan kedua tidak terpisah oleh waktu yang lama kadar 2 (dua) roka’at).
4. Dilakukan ketika masih dalam perjalanan.
5. Kedua sholat yakin dilakukan pada waktu sholat yang pertama.
D. Syarat jama’ ta’khir :
Berniat jama’ ta’khir ketika masuknya waktu sholat yang pertama (Dhuhur dan Maghrib).
Catatan :
- Diperbolehkan untuk menggabungkan antara jama’ dan qoshor sholat.
- Tidak disyaratkan tartib dan niat pada waktu sholat yang awal.
SYARAT KEBOLEHAN JAMAK-QASHAR:
> Seseorang boleh menjamak-qashar shalatnya setelah melewati batas desanya.
> Jika seseorang mengadakan perjalanan, lalu dalam perjalanannnya ia melewati daerahnya lagi, maka ia tidak boleh menjamak-qashar, sampai ia keluar lagi dari batas desanya.
TUJUAN PERJALANAN :
> Jika seseorang mengadakan perjalanan semata-mata bertujuan tamasya / rekreasi, maka ia tidak boleh menjamak-qashar.
STATUS MUSAFIR :
Seseorang dihukumi lepas dari status musafir (sehingga tidak boleh jamak-qashar) dengan salah satu dari 3 sebab:
1). Sampai kembali ke batas desanya.
2). Tiba di tempat tujuan yang berniat tinggal di situ selama 4 hari 4 malam atau lebih selain hari datang-pulang.
3). Berniat mukim/menetap di satu tempat secara mutlak (tanpa di batasi waktu).
Link asal :
- Sholat qoshor adalah meringkas shalat dari 4 (empat) raka’at menjadi 2 (dua) raka’at.
- Sholat jama’ adalah mengerjakan 2 (dua) sholat fardlu dalam satu waktu. Jika dikerjakan pada waktu yang pertama disebut jama’ Taqdim dan jika dikerjakan pada watu sholat yang kedua disebut jama’ ta’khir.
B. Syarat sholat qashar ada 7 (Tujuh) :
1. Bepergian yang bukan karena tujuan maksiat.
2. Jarak perjalanan mencapai 16 (enam belas) farsakh (ada ulama’ yang mengatakan 88 Km, 80 Km, 64 Km, 94,5 Km, dan lain-lain).
3. Sholat yang dilakukan adalah sholat ada’ (sholat yang dilakukan pada waktunya) ataupun sholat qodlo’ (sholat yang dilakukan di luar waktunya) yang terjadi dalam perjalanan, bukan sholat yang ditingalkan di rumah.
4. Niat qoshor (meringkas sholat) dilakukan ketika takbirotul ikhrom
5. Tidak bermakmum kepada orang yang sholat sempurna (4 roka’at).
6. Dilakukan masih dalam perjalanan.
7. Bepergian dengan tujuan yang jelas.
C. Syarat jama’ taqdim ada 5 (Lima) :
1. Mendahulukan sholat yang pertama (dhuhur atau maghrib).
2. Berniat jama’ taqdim pada sholat yang pertama (dhuhur atau maghrib).
3. Muwalah/ terus menerus (antara sholat yang pertama dan kedua tidak terpisah oleh waktu yang lama kadar 2 (dua) roka’at).
4. Dilakukan ketika masih dalam perjalanan.
5. Kedua sholat yakin dilakukan pada waktu sholat yang pertama.
D. Syarat jama’ ta’khir :
Berniat jama’ ta’khir ketika masuknya waktu sholat yang pertama (Dhuhur dan Maghrib).
Catatan :
- Diperbolehkan untuk menggabungkan antara jama’ dan qoshor sholat.
- Tidak disyaratkan tartib dan niat pada waktu sholat yang awal.
SYARAT KEBOLEHAN JAMAK-QASHAR:
> Seseorang boleh menjamak-qashar shalatnya setelah melewati batas desanya.
> Jika seseorang mengadakan perjalanan, lalu dalam perjalanannnya ia melewati daerahnya lagi, maka ia tidak boleh menjamak-qashar, sampai ia keluar lagi dari batas desanya.
TUJUAN PERJALANAN :
> Jika seseorang mengadakan perjalanan semata-mata bertujuan tamasya / rekreasi, maka ia tidak boleh menjamak-qashar.
STATUS MUSAFIR :
Seseorang dihukumi lepas dari status musafir (sehingga tidak boleh jamak-qashar) dengan salah satu dari 3 sebab:
1). Sampai kembali ke batas desanya.
2). Tiba di tempat tujuan yang berniat tinggal di situ selama 4 hari 4 malam atau lebih selain hari datang-pulang.
3). Berniat mukim/menetap di satu tempat secara mutlak (tanpa di batasi waktu).
Link asal :
http://www.facebook.com/group.php?gid=267711463126&v=photos#!/photo.php?fbid=113289792033236&set=o.267711463126
BOLEHKAH ORANG YANG SELALU BEPERGIAN MELAKUKAN JAMA`-QOSOR SHOLAT ?
BOLEHKAH ORANG YANG SELALU BEPERGIAN MELAKUKAN JAMA`-QOSOR SHOLAT ?
PERTANYAAN :
Kasrakaz Ettoe Dhorkazz Fahmi
AsSLAMualaikum wr wb. .
Pak gimaNA caRA solatnya seorang pelaut <orang yang berlayar>. Apa bisa diangap musafir? Trz kLw dianggap musifir bisa gak jamak qosor?
Teruz gimaNA cara mengHADAP qIblatnyaA? seDANG ARah Kapal BerUbAH sETiap SaAT ?
JAWABAN :
Masaji Antoro
Waalaikumsalam wr wb. Orang yang selalu musafir (sejauh masaafatil qashri) :
~ Dalam hal rukhshah qashar shalat hukumnya lebih utama itmaam (tidak mengqoshor)
~ Dalam puasa bila ada harapan lain dapat mengqadha puasanya di hari lain maka ia boleh ifthar (tidak berpuasa) tetapi bila harapan bila harapan tersebut tidak ada maka tidak boleh ifthar demikian pendapat Imam Subky yang di dukung oleh Imam Ramli sedang menurut Imam Ibnu Hajar boleh Ifthar secara Muthlak.
وخرج بقولنا ولم يختلف فى جواز قصره .من اختلف فى جواز قصره كملاح يسافر فى البحر ومعه عياله فى سفينة ومن يديم السفر مطلقا كالساعى فإن الاتمام افضل له خروجا من خلاف من اوجبه كالإمام احمد رضي الله عنه
“Dikecualikan dari penuturan kami (mushannif) dan tidak terjadi perbedaan ulama tentang kebolehan mengqoshor sholat bagi seorang musafi adalah orang yang di perselisihkan ulama tentang kebolehan mengqoshor sholatnya seperti seorang pelaut yang selalu berlayar bersama keluarganya dalam kapal atau orang yang selalu bepergian seperti seorang pengusaha maka menyempurnakan sholat (tidak mengqoshor) baginya lebih utama agar terhindar dari perbedaan pendapat ulama yang mewajibkan menyempurnakan sholat baginya seperti pendapat Imam Ahmad” (Hasyiyah al-Bajuri I/201).
وقال السبكي : بحثا ولا أي ولا يجوز الإفطار لمن لا يرجى زمنا يقضي فيه لإدامته السفر أبدا وفيه نظر ظاهر فالأوجه خلافه ( ابن حجر ، التحفة ، ج 3 ص 430 )
"Imam Subki berpendapat tidak diperkenankan membatalkan puasa bagi orang yang tidak punya harapan diwaktu lain untuk mengqodho karena terus menerus bepergian, dalam hal ini ada perbedaan pendapat yang lebh benar (alawajh) adalah kebalikannya" (Attuhfah III/430).