يُكْرَهُ الْخُرُوجُ مِنْ الْمَسْجِدِ بَعْدَ الْأَذَانِ حَتَّى يُصَلِّيَ إلَّا لِعُذْرٍ لِحَدِيثِ أَبِي الشَّعْثَاءِ قَالَ (كُنَّا قُعُودًا مَعَ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ فِي الْمَسْجِدِ فَأَذَّنَ الْمُؤَذِّنُ فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ الْمَسْجِدِ يَمْشِي فَأَتْبَعَهُ أَبُو هُرَيْرَةَ بَصَرَهُ حَتَّى خَرَجَ مِنْ الْمَسْجِدِ فَقَالَ أَبُو هُرَيْرَةَ أَمَّا هَذَا فَقَدْ عَصَى أَبَا الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) رَوَاهُ مُسْلِمٌ

Dimakruhkan keluar dari masjid setelah adzan dikumandangkan, sampai seseorang mengerjakan sholat, kecuali memang ada udzur. Hukum ini didasarkan pada hadits yang diriwayatkan oleh Abi Asy-Sya’sya’, ia berkata; “suatu ketika kami sedang duduk dimasjid bersama Abu Hurairah ketika muadzin mengumandangkan adzan, lalu seorang laki-laki berjalan keluar masjid, maka Abu Hurairah pun terus memperhatikannya hingga dia keluar masjid, lalu Abu Hurairah berkata: Adapun orang ini sungguh telah bermaksiat kepada Abul Qasim shallallahu ‘alaihi wasallam.” (Shahih Muslim, no. 655)

Referensi: Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab, juz 2 hal. 179
 
Top