Tidak disangsikan lagi bahwa majaz ‘aqli digunakan dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Di antaranya pada ayat:
وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آَيَاتُهُ زَادَتْهُمْ إِيمَانًا
"Dan apabila dibacakan ayat-ayatNya bertambahlah iman mereka (karenanya)". (QS. al-Anfal:2)
Penyandaran kalimat ziyadah ke kalimat ayat adalah majaz ‘aqli. Karena ayat adalah penyebab bertambah sedang yang menambah sesungguhnya adalah Allah swt.
يَوْمًا يَجْعَلُ الْوِلْدَانَ شِيبًا
"Hari yang menjadikan anak-anak beruban." (QS. al-Muzzammil:17)
Penyandaran kata ja’ala pada pada al-Yaum adalah majaz ‘aqli. Karena al-Yaum adalah tempat mereka menjadi beruban. Kejadian tersebut tercipta pada al-Yaum sedang yang menjadikan sesungguhnya adalah Allah swt. "Dan jangan pula suwwa`, yaghuts, ya`uq dan nasr.
وَقَدْ أَضَلُّوا كَثِيرًا وَلَا تَزِدِ الظَّالِمِينَ إِلَّا ضَلَالًا
"Dan sesudahnya mereka menyesatkan kebanyakan (manusia)." (QS. Nuh:23-24)
Penyandaran idhlal pada ashnam adalah majaz ‘aqli karena ashnam adalah penyebab terjadinya idhlal sedang yang memberi petunjuk dan yang menyesatkan hakikatnya Allah swt. semata. Firman Allah swt. mengisahkan Fir’aun:
"Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi." (QS. al-Mu`min:36)
Penyandaran al-Binaa kepada Haman adalah majaz ‘aqli karena Haman hanya penyebab. Ia hanya pemberi perintah tidak membangun sendiri. Yang membangun adalah para pekerja. Adapun keberadaaan majaz ‘aqli dalam hadits maka di dalamnya terdapat jumlah yang banyak yang diketahui oleh orang yang mau mengkajinya.
Para ulama berkata: "Terlontarnya penyandaran di atas dari orang yang mengesakan Allah swt. cukup menjadikannya dikategorikan sebagai penyandaran majazi karena keyakinan yang benar adalah bahwa Pencipta para hamba dan tindakan-tindakan mereka adalah Allah semata. Allah swt. adalah Pencipta para hamba dan tindakan-tindakan mereka. Tidak ada yang bisa memberikan pengaruh kecuali Allah swt. Orang hidup atau orang mati tidak bisa memberi pengaruh apapun. Keyakinan semacam ini adalah tauhid yang murni. Berbeda kalau memiliki keyakinan yang berlawanan. Maka ia bisa jatuh dalam kemusyrikan.