PERTANYAAN > Abdullah Al-Jamal
Assalamu'alaikum Sudah kita maklumi, seorang Nabi dihapuskan sifat-sifat yang melemahkan dirinya. Yang menjadi pertanyaan, Kenapa Nabi kita Muhammad SAW didalam al-Quran disebut "al-Ummiy" yang dalam bahasan indonesia sering diterjemahkan tidak pandai baca tulis. Apa mungkin seorang Nabi ada sifat-sifat yang seperti ini, bahkan lebih lemah dari manusia pada umumnya. Apakah hikmah dibalik penisbatan "Al_Ummiy" pada Nabi tersebut? Tolong jawabab beserta dalil agar tidak salah memahami konteks ini. Terima kasih. Wassalamu'alaikum
JAWABAN
Wa'alaikumussalam
Sebagaimana kita ketahui bahwa Allah mengutus seorang Nabi untuk menyampaikan agamanya dan seorang Nabi yang Allah utus telah disucikan dari sifat-sifat yang melemahkannya. Lalu bagaimana kaitannya penisbatan yang dinisbatkan kepada Nabi kita Muhammad SAW yang disifati dengan sifat "al-ummi". Kata "al-Ummi" biasa diterjemahkan dengan "tidak bisa baca tulis". Kalau begitu adanya benarkah seorang Rasul yang telah Allah muliakan diantara yang lain mempunyai sifat yang sangat melemahkan ini!. Al-Quran secara tegas membantah pernyataan ini sebagaimana banyak disebutkan dalam al-Quran dan bahkan disebutkan secara berkali-kali dimana didalam al-Quran dikisahkan bahwa Nabi diperintahkan supaya membaca ayat-ayat kepada orang-orang yang berada disekelilingnya. Hal ini menunjukkan bahwa Nabi SAW pandai membaca. Dengan demikian dapat diketahui sifat Al-Ummi yang disandarkan kepada Nabi SAW bukan berarti beliau tidak pandai membaca, menghitung dan menulis. Tetapi menurut sebagian pendapat Nabi disifati dengan al-Ummi karena dia diutus kepada kaum yang ummi.
Dalam al-Quran kata "al-ummi" adalah orang yang belum atau tidak diberi satupun kitab oleh Allah. Dalam kitab M'jam al-Waasith ada keterangan bahwa al-Ummi tidak hanya berarti tidak bisa baca atau menulis tetapi al-ummi juga dinisbatkan kepada orang yang susah bicara dan kasar pengarainya. Jadi bisa disimpulkan bahwa sifat 'AL-UMMI' yang dinisbatkan kepada Nabi bukan berarti beliau tidak bisa membaca dan menulis. Tetapi sifat tersebut disandarkan kepada beliau karena beliau diutus kepada kaum yang ummi dan boleh jadi maksudnya bahwa beliau belum pernah membaca kitab sebelum diturunkan Al-Quran.
Keterangan Dari :
نسبة إلى الأم أو الأمة ومن لا يقرأ ولا يكتب والعيي الجافي “Merupakan nisbah kepada al-umm atau al-ummah dan orang yang tidak bisa membaca dan menulis. Juga dinisbatkan kepada orang yang susah bicara dan kasar perangainya”. Al-Mu’jamul-Wasiith, I/58
والأُمِّيّ الذي لا يَكْتُبُ قال الزجاج الأُمِّيُّ الذي على خِلْقَة الأُمَّةِ لم يَتَعَلَّم الكِتاب فهو على جِبِلَّتِه وفي التنزيل العزيز ومنهم أُمِّيُّون لا يَعلَمون الكتابَ إلاّ أَمَانِيَّ ...... وكانت الكُتَّاب في العرب من أَهل الطائف تَعَلَّموها من رجل من أهل الحِيرة وأَخذها أَهل الحيرة عن أَهل الأَنْبار وفي الحديث إنَّا أُمَّةٌ أُمِّيَّةٌ لا نَكْتُب ولا نَحْسُب أَراد أَنهم على أَصل ولادة أُمِّهم لم يَتَعَلَّموا الكِتابة والحِساب فهم على جِبِلَّتِهم الأُولى وفي الحديث بُعِثتُ إلى أُمَّةٍ أُمِّيَّة قيل للعرب الأُمِّيُّون لأن الكِتابة كانت فيهم عَزِيزة أَو عَديمة ومنه قوله بَعَثَ في الأُمِّيِّين رسولاً منهم
“Al-ummiy adalah orang yang tidak bisa menulis. Az-Zujaaj berkata : ‘Al-ummiy adalah orang yang berada pada kondisi awal umat (ketika dilahirkan) yang tidak mempelajari kitab dan tetap dalam keadaannya seperti itu (hingga dewasa)’. Dan dalam Al-Qur’an disebutkan : ‘Dan di antara mereka ada orang-orang ummiy (buta huruf), tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka’ (QS. Al-Baqarah : 78).... Dulu, orang-orang yang dapat menulis dari kalangan bangsa ‘Arab dari penduduk Thaaif mempelajari ilmu tersebut dari laki-laki penduduk Hiirah, dimana penduduk Hiirah mengambil ilmu tersebut dari penduduk Anbaar. Dalam hadits disebutkan : ‘Sesungguhnya kami adalah umat yang ummiy, tidak pandai menulis dan tidak pula berhitung’[1]; maksudnya bahwa mereka (bangsa ‘Arab) berada dalam kondisi awal seperti saat dilahirkan oleh ibu mereka yang tidak belajar menulis dan berhitung, dan mereka tetap dalam kondisi mereka yang pertama tersebut (hingga dewasa). Dalam hadits disebutkan : ‘Aku diutus kepada umat yang ummiy’[2]. Orang ‘Arab dikatakan sebagai al-ummiyyuun, karena pengetahuan menulis di sisi mereka merupakan sesuatu yang sangat jarang. Dari hal tersebut adalah firman-Nya : ‘yang mengutus kepada kaum yang ummiy (buta huruf) seorang Rasul dari kalangan mereka sendiri’ (QS. Al-Jumu’ah : 2)....” Lisaanul-‘Arab, XII/22
Imam Alusi berkata, “Dan yang dimaksud dengan itu (Ummi) adalah karena mereka pada asal kelahiran ibu mereka tidak mengetahui tulisan dan berhitung.” Tuhfah al-Ahwadzi VIII/264
- Tafsir Qurthuby
الثالثة : قوله تعالى : الأمي هو منسوب إلى الأمة الأمية ، التي هي على أصل ولادتها ، لم تتعلم الكتابة ولا قراءتها ; قاله ابن عزيز . وقال ابن عباس رضي الله عنه : كان نبيكم صلى الله عليه وسلم أميا لا يكتب ولا يقرأ ولا يحسب ; قال الله تعالى : وما كنت تتلو من قبله من كتاب ولا تخطه بيمينك . وروي في الصحيح عن ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : إنا أمة أمية لا نكتب ولا نحسب . الحديث . وقيل : نسب النبي صلى الله عليه وسلم إلى مكة أم القرى ; ذكره النحاس .
-Tafsir Baghowi
قوله تعالى : ( الذين يتبعون الرسول النبي الأمي ) وهو محمد - صلى الله عليه وسلم - . قال ابن عباس رضي الله عنهما هو نبيكم كان أميا لا يكتب ولا يقرأ ولا يحسب . وقال النبي - صلى الله عليه وسلم - : " إنا أمة أمية لا نكتب ولا نحسب " وهو منسوب إلى الأم ، أي هو على ما ولدته أمه . وقيل هو منسوب إلى أمته ، أصله أمتي فسقطت التاء في النسبة كما سقطت في المكي والمدني وقيل : هو منسوب إلى أم القرى وهي مكة .
http://library.islamweb.net/newlibrary/display_book.php?flag=1&bk_no=51&surano=7&ayano=157
- Ath-Thabariy rahimahullah berkata :
يقول تعالى ذكره:(وَما كُنْتَ) يا محمد(تَتْلُوا) يعني: تقرأ (مِنْ قَبْلِهِ) يعني: من قبل هذا الكتاب الذي أنزلته إليك(مِنْ كِتَابٍ وَلا تخُطُّهُ بِيَمِينِكَ) يقول: ولم تكن تكتب بيمينك، ولكنك كنت أمِّيًّا(إذًا لارْتابَ المُبْطِلَونَ) يقول: ولو كنت من قبل أن يُوحَى إليك تقرأ الكتاب، أو تخطه بيمينك،(إذًا لارْتَابَ) يقول: إذن لشكّ -بسبب ذلك في أمرك، وما جئتهم به من عند ربك من هذا الكتاب الذي تتلوه عليهم- المبطلون القائلون إنه سجع وكهانة، وإنه أساطير الأوّلين
“Makna firman Allah ta’ala tersebut adalah : ‘Dan engkau, wahai Muhammad, tidak pernah membaca kitab sebelum kitab ini yang turun kepadamu. Dan engkau tidak pernah menulis dengan tangan kananmu, karena engkau seorang yang ummiy. ‘Apabila (engkau pernah membaca dan menulis), benar-benar ragulah orang yang mengingkari (mu)’ – maksudnya : seandainya engkau sebelum diwahyukan pernah membaca kitab atau menulisnya dengan tangan kananmu. ‘Niscaya benar-benar ragulah orang yang mengingkarimu’ – maksudnya : maka mereka sungguh akan ragu-ragu dengan sebab itu dalam urusanmu. Dan tidaklah engkau mendatangi mereka dengan kitab ini yang berasal dari sisi Rabbmu yang engkau bacakan kepada mereka, mereka akan mengingkari dengan mengatakan bahwa itu hanyalah sajak, dukun, dan dongeng orang-orang terdahulu” [Tafsiir Ath-Thabariy ].
- Ibnu Katsiir rahimahullah berkata :
ثم قال تعالى: { وَمَا كُنْتَ تَتْلُو مِنْ قَبْلِهِ مِنْ كِتَابٍ وَلا تَخُطُّهُ بِيَمِينِكَ } ، أي: قد لبثت في قومك -يا محمد -ومن قبل أن تأتي بهذا القرآن عُمرا لا تقرأ كتابا ولا تحسن الكتابة، بل كل أحد من قومك وغيرهم يعرف أنك رجل أمي لا تقرأ ولا تكتب. وهكذا صفته في الكتب المتقدمة، كما قال تعالى: { الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ الرَّسُولَ النَّبِيَّ الأمِّيَّ الَّذِي يَجِدُونَهُ مَكْتُوبًا عِنْدَهُمْ فِي التَّوْرَاةِ وَالإنْجِيلِ يَأْمُرُهُمْ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَاهُمْ عَنِ الْمُنْكَرِ } الآية [الأعراف: 157].
“Kemudian Allah ta’ala berfirman : ‘Dan engkau tidak pernah membaca sebelumnya (Al Qur'an) sesuatu Kitab pun dan engkau tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu ; yaitu : sungguh engkau telah tinggal di kaummu – wahai Muhammad – sebelum diberikan Al-Qur’an ini kepadamu beberapa masa, engkau belum pernah membaca kitab dan engkau tidak pandai menulis. Bahkan, setiap seorang dari kaummu atau selain kaummu mengetahui bahwa engkau adalah seorang laki-laki yang ummiy, tidak bisa membaca dan menulis. Demikianlah sifatnya yang ada dalam kitab terdahulu, sebagaimana firman Allah ta’ala : ‘“(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummiy yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar’ (QS. Al-A’raaf : 157) [Tafsiir Ibni Katsiir].
Wallahu A'lamu Bis Showaab.